Kamis, 26 Mei 2016

Kau Ditakdirkan Untuk-NYA

Inilah kisah saya. Kisah dimana saya mengerti arti sebuah pengorbanan cinta. Cinta yang tulus karena kepercayaan dia terhadap takdir. Meski takdir itu tidak dapat kami tentukan. Hanya DIA yang tahu takdir yang terbaik bagi kami. Dengannya saya belajar sabar dan tabah.



Saya masih mengingat, saat saya iseng melempar gulungan kertas pada seorang teman yang duduk paling depan, Tetapi meleset dan mengenai pak Dewa. Kami semua terdiam saat beliau menanyakan siapa yang melempar gulungan kertas itu. Tidak ada yang tahu bahwa sayalah pelakunya. Seketika itu juga saya mendengar suara pelan milik Putra.
“Bukankah kamu pernah bilang, bahwa kamu hanya takut kepada Allah. Lalu apa sekarang?”
Saya hanya terdiam, tidak bisa dibayangkan jika saya mengaku. Mungkin saya akan dipermalukan didepan kelas atau menangis sejadi-jadinya ketika semuanya menjauhi. Saya bimbang, hilang sudah rasa ingin bertanggung jawab. Yang saya pentingkan hanya ego tanpa peduli dampak setelahnya. Terlalu lama saya berfikir, pada akhirnya dialah yang mengakui keasalahan saya, laki-laki yang sempat mempertanyakan iman saya telah berdiri dan meminta maaf pada sang guru.
Segala kemarahan pak Dewa telah ia tampung. Ia telan begitu saja tanpa merasakan panas, asam atau bahkan pahit. Dia telah menjadi tameng atas kebodohan saya. Meski begitu, bibirnya masih terukir senyuman yang begitu tulus untuk saya tanpa sedikitpun rasa kebencian disana.
Dia bagaikan seorang malaikat yang ditakdirkan Allah untuk melindungi saya. Pernah suatu hari saat saya membersihkan kelas sendirian dia duduk didepan kelas. Saya masih jelas ingat apa yang kami bicarakan saat itu, percakapan yang tidak akan pernah  saya lupakan sampai detik ini.

“Han, Kamu percaya pada takdir?”
Tanya Putra saat  saya menyelesaikan tugas.
“iya, tentu. Takdir adalah bagian dari rukun iman”
“Bagaimana jika kamu ditakdirkan berjodoh dengan saya?” pertanyaanya membuat saya tertawa.
“Bagaimana kamu berpikir sepert itu? Bahkan kita masih SMA”
“Bukankan jodoh, kematian dan lainnya sudah dituliskan sejak masih dalam kandungan?”
“Lantas?”
“Saya merasa kamulah jodoh saya”
“Apa maksudmu?”
“Because I lOVE YOU”
Pengakuan cinta pertama yang begitu indah karena dia tidak menuntut jawaban dari saya, dia hanya mengutarakan perasaannya, tidak lebih. Saat akan wisuda dia tidak tampak di kelas atau dimanapun. Hingga berakhirnya acara wisuda, kami tidak bertemu. Mungkin itu adalah kata cinta yang pertama dan terakhir untuk saya.

Sebuah SMS masuk dan memberi kabar tentangnya, laki-laki yang saya tunggu-tunggu sedari tadi. Hatiku seakan ditusuk dengan tombak yang begitu runcing, menusuk sampai menghancurkan hatiku setelah selesai membaca SMS. Air mataku langsung berlinang.
Sebuah tangan langsung menarik dan memelukku, Lily sahabatku membawaku ke pelukannya matanya basah seperti mataku. Mulutnya terus saja bergumam.
“Putra meninggal Han,!Putra meninggal”


(Putra mengalami kecelakaan saat hendak menuju ke gedung tempat kami diwisuda, dan dinyatakan meninggal setelah sampai di rumah sakit)

~1/2 TRUE STORY~